Naiknya Harga Nikel Hingga Prospek Saham SSIA

Harga nikel di pasar spot naik +0,91% ke level US$18.325/ton pada perdagangan hari Selasa (12/3), menandai level tertinggi sejak Oktober 2023. Dalam 1 bulan terakhir, harga nikel telah mengalami reli dengan naik +14,5%.

Naiknya Harga Nikel Hingga Prospek Saham SSIA

Meski demikian, dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, harga nikel cenderung bergerak melemah yang utamanya disebabkan oleh tingginya supply dari Indonesia. Di sisi lain, proses persetujuan rencana kerja (RKAB) pertambangan nikel berjalan lambat, sehingga berpotensi menghambat produksi nikel Indonesia.

Peluang di Balik Naiknya Harga Nikel

Penguatan harga nikel dalam sebulan terakhir juga ditopang oleh prospek pemulihan ekonomi global, yang ditandai antara lain oleh inflasi China yang tercatat sebesar 0,7% YoY pada Februari 2024. Realisasi inflasi tersebut melampaui estimasi konsensus di level 0,3% YoY, sekaligus menandai kenaikan inflasi pertama di China sejak Agustus 2023.

Pulihnya harga benchmark nikel berpotensi mengangkat rata-rata harga jual (ASP), sehingga dapat berdampak positif pada kenaikan pendapatan bagi emiten-emiten pertambangan nikel, seperti $INCO, $ANTM, $MBMA, dan $NCKL.

Perusahaan nikel di Indonesia sendiri memiliki struktur biaya yang relatif lebih kompetitif, sehingga memungkinkan untuk bertahan di tengah pelemahan harga nikel. Sebagai contoh, INCO dan NCKL memiliki biaya kas (cash cost) di kisaran US$10.000/ton. Selain itu, NCKL juga memiliki rencana kenaikan kapasitas produksi yang signifikan hingga mencapai 425 ribu ton pada 2025.

Prospek Saham SSIA

Investor Relation Surya Semesta Internusa ($SSIA) mengatakan kepada Stockbit bahwa pihaknya mendapatkan inquiry lahan dengan luas sekitar 100 hektare di Kawasan Industri Subang Smartpolitan dari perusahaan kendaraan listrik (EV) asal China. Namun, Investor Relation SSIA tidak mengungkap perusahaan yang melakukan inquiry tersebut.

Pada sesi I hari ini, Rabu (13/3), harga saham SSIA melonjak +25% dan menyentuh auto reject atas (ARA). Sejak 1 Maret 2024, harga saham SSIA telah naik +39%.

Jika terwujud, transaksi ini akan mendongkrak marketing sales dan berdampak positif bagi kinerja perseroan.

Dengan asumsi harga jual tanah per meter persegi di Kawasan Industri Subang Smartpolitan sebesar Rp1,8 juta (berdasarkan penjelasan manajemen kepada Bisnis), maka nilai transaksi ini dapat mencapai Rp1,8 triliun. Secara nominal, jumlah tersebut lebih besar 4,6x lipat dari realisasi marketing sales 2023 (Rp 392 M) dan 1,8x lipat dari target marketing sales 2024 (Rp1 T). Perlu dicatat, nilai transaksi ini bisa saja lebih kecil dari estimasi di atas dikarenakan potensi adanya diskon pada harga jual untuk pembelian lahan besar.

Berdasarkan luas lahan, SSIA mencatatkan marketing sales seluas 20,5 hektare pada 2023, dengan target 2024 mencapai 65 hektare.

Blogpenesia
Blogpenesia Blog paforit saya Blogpenesia

Posting Komentar untuk "Naiknya Harga Nikel Hingga Prospek Saham SSIA"